Me

Me
Flower Attack

Minggu, 03 Februari 2013

“Politik Mahasiswa, Haruskah?”




            Mahasiswa sebagai agen perubahan. Sepertinya kalimat ini tak asing lagi bagi kita, para mahasiswa. Kalimat ini sering diperdengungkan saat orientasi pengenalan mahasiswa baru atau di seminar – seminar di kampus kampus umumnya. Tetapi peran mahasiswa yang dilihat pada masa saat ini, jika merujuk kalimat tersebut seakan telah memudar atau memupus. Mengutip perkataan Erton Arsy Valy, seorang mahasiswa Universitas Paramadina ,”Banyak mahasiswa sekarang ini berpikiran jangka pendek. Padahal mahasiswa sebagai agent of change harusnya berpikir jangka panjang”. Ini bisa dilihat dari banyaknya mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan masing- masing, seperti saat ini banyak kita lihat mahasiswa lebih mementingkan aktivitas kuliahnya atau study oriented selama masa perkuliahan daripada memfungsikan peran dan tanggung jawab ideologinya sebagai pewaris perjuangan bangsa sesuai bidang keahlian tertentu untuk nantinya berperan aktif dalam pembangunan.
            Ditambah, gerakan mahasiswa akhir – akhir ini seakan mati. Mahasiswa sangat sedikit yang peduli terhadap kemajuan bangsa. Padahal, mahasiswa sebagai motor penggerak perubahan sejatinya berpikir strategis jangka panjang untuk membangun bangsa dan memantau kinerja pemerintah. Jika dibandingkan mahasiswa era 60-an, mahasiswa tempo dulu adalah mahasiswa yang paham betul tuntutan masyarakat, bergerak dalam pergerakan demi terpenuhinya hak- hak rakyat yang tertindas oleh kekuasaan.
            “Kuliah bukan sebuah tujuan utama, maka jangan sampai menjadi prioritas yang mengabaikan banyak ilmu yang berkeliaran di luar”(Chio, Jangan Sadarin Mahasiswa). Mahasiswa yang nantinya adalah kader bangsa yang akan menciptakan perubahan di suatu negara. Sistem politik yang ada di kampus adalah salah satu alat pengaderan kepemimpinan nasional. Melalui jalan politik kampus, mahasiswa dituntut dapat mengidentifikasi dirinya sebagai anggota masyarakat dan negara untuk menentukan kebaikan bersama.
            Politik sesungguhnya hanya sebuah wadah penyalur aspirasi. Jika kita memiliki aspirasi untuk kemajuan bangsa, tetapi tak ada penyalur aspirasi tersebut, maka tinggalah harapan kosong tanpa implementasi.Solusi terbaik untuk membenahi Indonesia yang carut- marut oleh kebengisan pemimpin saat ini adalah partisipasi mahasiswa dalam merumuskan kebaikan demi tercapainya tujuan kemerdekaan Indonesia melalui jalan politik mahasiswa di kampus. Sebuah wadah yang memberikan aspirasi untuk kebaikan bersama.

*dari berbagai sumber di internet

Selasa, 28 Agustus 2012

MENJADI PRIBADI YANG BIJAK

Oleh : Aa Gym

Assalamu'alaikum
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Satu ciri ketakwaan seseorang kepada Allah adalah sifat bijak dalam kehidupannya. Yaa Ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa untsa wa ja'alnaakum syu'uubaw waqabaa-ila li ta'aarafuu inna akramakum'indallahi atqaakum innallaha 'aliimun khabiir (Qs.Al-Hujuraat ayat 13). "Hai sekalian manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti".

Salah satu Ciri orang yang bertaqwa adalah dia merupakan orang yang bijaksana. Pertanyaan pertama ketika kita bercermin adalah apakan diri ini sudah bijak, jika jawabannya belum maka jadikanlah hal ini sebagai sebuah cita-cita.
Jika ada yang mengatakan rindu pemimpin yang bijak, jika kita mengatakan bahwa bangsa ini krisis keteladanan, maka jangan mencari teladan karena susah untuk ditemukan, untuk itu yang paling mudah adalah menjadikan kita sebagai tauladan paling tidak untuk keluarga, janganlah menuntut untuk mendapatkan presiden yang bijak karena akan susah untuk didapat, karena itu yang dapat kita lakukan adalah menuntut diri kita sendiri. Orang yang bijaksana itu merupakan suatu keindahan tersendiri, misalkan ketika menjadi seorang guru yang bijak biasanya sangat disukai oleh murid-muridnya. Seorang pemimpin yang bijak biasanya ia disegani oleh kawan maupun lawan, jika orang tua bijaksana maka akan dicintai oleh anak-anaknya.

Renungan Ikhwahfillah..

Seorang Ikhwan berkata :

Banyak dari akhwat yang kuliah atau sudah lulusan sarjana, selalu menginginkan bahwa calon suami mereka juga memiliki titel sarjana, seringkali dalam ta'aruf ditanya, pendidikannya lulusan apa dan jurusan apa. Semuanya ini membuat ikhwan merasa bahwa titel ternyata masih menjadi tolak ukur untuk menjalin jalinan pernikahan, alasan akhwat dalam menanyakan hal ini pun beragam, mulai dari gengsi, jaminan hidup lebih mapan dan memang pesanan dari orang tua agar menikah sesama sarjana. Sehingga seringkali kesholihan ikhwan menjadi ukuran yang kesekian di bawah titel keduniaan. Sedang kita mengetahui, banyak ikhwan meninggalkan bangku kuliah dan ikhtilath untuk mencari ridho Allah Ta'ala dan memilih mengaji ke ma'had-ma'had sunnah, berharap dengan demikian bisa mendapatkan bekal menjadi pemimpin yang sholih dalam rumah tangga dan mampu membimbing istrinya. Namun kenyataan di masyarakat sering berkata lain.... titel keduniaan memang masih menggiurkan bagi kalangan akhwat...

Yakinlah dengan yang telah kita tempuh..


Fenomena ini mungkin tidak akan kami sampaikan pada kesempatan ini jika saja saudari-saudariku sepondokan, baik yang berstatus aktivis muslim maupun bukan, mampu menjaga kehormatan dirinya dan bersabar atas berbagai macam gelombang syahwat dan syubhat yang terus didengung-dengungkan oleh pihak yang tidak senang dengan kejayaan agama ini. 
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan fitnah (ujian) ini terhadap umatnya. Sebagaimana yang telah disabdakan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, 
"Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti hawa nafsu pada perut kamu dan kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan."  (HR. Ahmad). 
Dengan penuh kesabaran, mereka akan senantiasa terus merusak generasi muda serta kaum wanitanya. Mengapa ? karena dari wanita-wanita yang rusak moralnya akan terlahir generasi penerus bangsa yang rusak pula ditambah lagi para pemudanya yang tidak tahu lagi menjaga adab-adab dalam bergaul yang telah ditentukan oleh Allah melalui lisan Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia dan telah temaktub di dalam agama yang telah sempurna ini. 
Memang betul diri ini bukanlah pribadi yang alim namun ijinkanlah kami mengisi catatan kehidupan kami dengan sesuatu yang bermanfaat bagi agama ini. Adanya tulisan ini juga bukan berarti kami ingin memposisikan sebagai pihak yang paling benar, sekali lagi tidak. 
Mudahan-mudahan uraian ini mampu mewakili kebiasaan kaum kami ketika berinteraksi dengan kaum hawa. 
Harapan kami melalui media ini ialah engkau bersama teman-teman kosmu proaktif dalam mencegah kemungkaran, terutama di lingkungan terkecilmu, yaitu di pondokan. Sekurang-kurangnya saling nasehat-menasehati dan saling mengingatkan saudaranya, yang masih belum memperoleh hidayah, agar terhindar dari bahaya tersebut. 
Kami yakin di benak ukhti telah tersirat keinginan di atas namun terganjal sesuatu. Bisa saja berupa perasaan bahwa dirinya belumlah pantas menasehati saudaranya. Entah dikarenakan merasa lebih muda, kurang sholeh, masih kurang ilmu agamanya dibandingkan dia, tidak ingin membuka aib saudaranya, tidak ingin membuat saudaranya sedih kemudian akan membenci ukhti, atau tidak ingin mencampuri urusan orang lain. 

Jumat, 17 Agustus 2012

Pengalaman Bersosialisasiku


Kita tentu sudah tak asing dengan kata ‘organisasi’. kata dari bahasa yunani yang berarti suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. organisasi sudah sangat banyak hadir dalam masyarakat. Dari tingkat SD, SMP, SMA, bangku perkuliahan, hingga organisasi masyarakat. Setiap organisasi tentu mempunyai spesialisasi bidang tertentu yang dengan itu menarik para anggotanya yang mempunyai kegemaran atau minat yang sama untuk berkumpul, dan bersama mencapai tujuan yang sama.

Selasa, 14 Agustus 2012

Tersadar


Hidayah itu dimulai saat menentukan bahwa memilih Universitas Muhammadiyah Malang sebagai tempat ku menimba ilmu selepas SMA. Setelah penantian pengumuman SNMPTN, yang jika dipikir lihat bentuk soalnya seperti itu, seorang aku memang pantas tak lolos. Lalu ayahku menyerahkan padaku, universitas swasta mana yang kupiih setelah SNMPTN tak berhasil kuraih. Dan akupun memilih Universitas Muhammadiyah Malang sebagai kampusku. Selain karena kualitas, juga aku melihat dari faktor pujaan aku yang pernah bersekolah disana. Hari masa pendaftaran, sempat dibuat bimbang antara mengenakan jilbab atau tidak. Saat itu berpikir, berjilbab itu bagus, tapi aku tak biasa berjilbab bila bepergian keluar rumah sebenarnya. Kutulis kegundahanku itu di catatan facebook. Lalu ada respon dari pujaan hati saat itu. Namanya orang jatuh cinta, ingin menjadi yang terbaik di mata dia. Kulihat, sosok pujaanku itu seorang yang mengerti agama. Melihat itu, aku pun memutuskan untuk berjilbab karena ingin menjadi seorang yang dia suka. Hari demi hari kulewati dengan status baruku, seorang mahasiswa. Lalu tibalah saat kegiatan wajib mahasiswa baru universitas muhammadiyah malang yang harus kulalui, yaitu pengembangan kepribadian dan kepemimpinan, yang mengharuskan kami membina iman dan taqwa selama 7 hari di rusunawa kampus. Di acara itu, aku mendapatkan banyak pencerahan, banyak nasehat, dan kesadaran. Banyak ditayangkan video – video tentang kematian, alam kubur, dan kasih sayang seorang ibu. Melihat video – video tersebut, seakan diingatkan, bahwa dunia ini fana, kita pasti akan kembali pada Sang Pemilik Tubuh ini. Selesai acara tersebut, roh – roh jahiliyah dalam diri ini menginginkan adanya perubahan.

Kamis, 05 Juli 2012

Romantika Aktivis Dakwah


 oleh :
ini dokumen lama, duluu waktu di Rohis SMA, pernah membacakannya di dalam lingkaran halaqoh, pernah menjadi perenungan bersama. Mungkin diantara kalian ada yang ingat? betapa menjaga-nya kita dulu.. betapa berhati-hatinya.. pandang2 yang tertunduk, sikap2 membeku kaku, hijab, putar jalan ketika berpapasan..
mungkin diantara kita ada yang ingat? betapa menjaga-nya kita dulu.. berbicara melalui telp saja hampir tak pernah, apalagi ngobrol cair sampai lama.. atau saling membicarakan satu sama lain..
dan sekarang, setelah jatuh bangun-mu menjaga itu bertahun, usaha keras-mu bertahan.. masihkah? masihkah?
masihkah niat suci tak terkotori itu.. lurus tanpa kepentingan, tulus tanpa pengharapan pada makhluk..?

semoga bermanfaat:

Teruntuk para aktivis dakwah,

Dakwah berdiri di atas aqidah yang kokoh, ibadah dan ilmu yang shohih, niat yang lurus, dan iltizam yang kuat
Dakwah adalah proyek besar membangun peradaban umat
Dakwah adalah jalan yang sukar dan terjal
Dakwah adalah jalan yang sangat panjang
Dakwah penuh dengan gangguan, cobaan, dan ujian
Dakwah bukan jalan yang ditaburi bunga dan wewangi kesturi
Dakwah butuh komitmen yang kuat dari pengembannya
Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil, tanpa putus asa, dan putus harapan
Dakwah butuh pengorbanan dan kesungguhan
Dakwah butuh kesabaran dan keistiqomahan