Kita tentu sudah tak asing dengan
kata ‘organisasi’. kata dari bahasa yunani yang berarti suatu kelompok orang
dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. organisasi sudah sangat banyak hadir
dalam masyarakat. Dari tingkat SD, SMP, SMA, bangku perkuliahan, hingga
organisasi masyarakat. Setiap organisasi tentu mempunyai spesialisasi bidang tertentu
yang dengan itu menarik para anggotanya yang mempunyai kegemaran atau minat
yang sama untuk berkumpul, dan bersama mencapai tujuan yang sama.
Disini, aku ingin menceritakan
bagaimana pengalaman aku selama berorganisasi. Sedari kecil, aku bukanlah
seorang yang aktif, supel, dan banyak kawan. Aku hanya seorang gadis kecil yang
pendiam dan pemalu. Mungkin kepribadian ini terbentuk karena didikan orangtua
yang sedikit posesif terhadap anaknya. Yah, maklum lah aku anak perempuan
satu-satunya dan yang paling bontot pula.
Makan bangku sekolah dari SD,
SMP, SMA kujalani dengan yahh lempeng aja. Pagi, mandi, sekolah, pulang,
dirumah, terkadang pula mencuri curi waktu bermain kerumah teman jika jam
pulang sekolah lebih awal. Belum ada keinginan berorganisasi pada saat itu,
karena yahh teman sepergaulanku juga bukan anak- anak yang aktif di organisasi.
yah seperti kata pepatah, ‘jika berteman dengan penjual minyak wangi tentu kita
kecipratan wanginya, kalau berteman dengan tukang sampah, yah pastilah
kecipratan bau sampahnya’. Dan parahnya lagi, pergaulanku yang seperti ini
menimbulkan persepsi negatif terhadap anak organisasi, yaitu ‘anak organisasi
tuh ibaratnya pembantunya sekolahan’. Nah, begitu lekatnya kata- kata itu
hingga membuat diri juga males dong dikatain ‘pembantu’.
Waktu berjalan, aku pun duduk di
bangku kuliah. Sesuatu yang tidak pernah kuminta pada orang tuaku. Sebelum
lulus SMA, memang aku seperti pasrah saja, disuruh kerja ya gak apa, kuliah yah
jalani saja. Karena aku (sok) mengerti tentang keadaan keuangan orang tuaku,
yang juga menguliahkan kakakku di surabaya. Masa masa pendaftaran, ada test
interview oleh kakak2 jurusan. Ditanyalah aku disana, “kalo udah jadi
mahasiswa, mau ikut organisasi apa?”. Bingung dalam hati ini,”emang harus ikut
organisasi ya, mahasiswa ntu?”. Karena saat itu hanya kukenal HMJ, ya kujawab
saja HMJ. Kakaknya bilang, “lah ini HMJ”. Eh, ternyata gak nyadar kalo lagi
diinterview di sekret HMJ. Dalam hati, hanya oowwww…
Seperti yang telah kuceritakan
pada ceritaku sebelumnya ‘tersadar’, dari hidayahlah bermula hingga aku masuk
organisasi kerohanian yang kini aku aktif didalamnya. Walau sebelum bergabung
ini, pernah pula masuk english club, tapi ketidakpuasan membuatku perlahan
meninggalkan english club itu. Orang bilang kader rohis kampus itu sebutannya
aktivis dakwah kampus. Pertama, WOW dengernya, tapi bila dihayati betul, gak
main main amanah yang ditanggung. Menyeru orang dalam kebaikan, mencegah kemungkaran.
Dalam AlQuran saja tertulis, “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS Al Imran :
104)
Kini, menjadi aktivis dakwah
kampus ibarat udah terlanjur basah. Jika
niat awalnya mengikuti segala kegiatan mereka adalah hanya untuk memperbaiki
diri. Tetapi selanjutnya diri ditempa untuk dapat mengajak orang lain pula untuk
merasakan nikmat iman dan indahnya islam.bukan hanya menuntut perubahan diri
menjadi lebih islami, tapi juga menuntut kita untuk berbuat lebih dalam dakwah
ini.
Apalagi bagi mahasiswa sepertiku
yang sebelumnya belum pernah berorganisasi. Hanya bisa bengong ketika pertama melihat
bagaimana cara mereka berpendapat dan bekerjasama.
Keberadaan Rohis kampus tidak
hanya rohis fakultas, ada juga rohis universitas, lalu rohis OMEK. Dan aku pun
tercebur di ketiganya. Bukan karena pengaruh seseorang, tapi hatiku mungkin
terpanggil untuk mengenal dan mencintai kegiatan organisasi rohis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar