Hidayah itu dimulai saat
menentukan bahwa memilih Universitas Muhammadiyah Malang sebagai tempat ku
menimba ilmu selepas SMA. Setelah penantian pengumuman SNMPTN, yang jika
dipikir lihat bentuk soalnya seperti itu, seorang aku memang pantas tak lolos.
Lalu ayahku menyerahkan padaku, universitas swasta mana yang kupiih setelah
SNMPTN tak berhasil kuraih. Dan akupun memilih Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai kampusku. Selain karena kualitas, juga aku melihat dari faktor pujaan
aku yang pernah bersekolah disana. Hari masa pendaftaran, sempat dibuat bimbang
antara mengenakan jilbab atau tidak. Saat itu berpikir, berjilbab itu bagus,
tapi aku tak biasa berjilbab bila bepergian keluar rumah sebenarnya. Kutulis
kegundahanku itu di catatan facebook. Lalu ada respon dari pujaan hati saat
itu. Namanya orang jatuh cinta, ingin menjadi yang terbaik di mata dia.
Kulihat, sosok pujaanku itu seorang yang mengerti agama. Melihat itu, aku pun
memutuskan untuk berjilbab karena ingin menjadi seorang yang dia suka. Hari
demi hari kulewati dengan status baruku, seorang mahasiswa. Lalu tibalah saat
kegiatan wajib mahasiswa baru universitas muhammadiyah malang yang harus
kulalui, yaitu pengembangan kepribadian dan kepemimpinan, yang mengharuskan
kami membina iman dan taqwa selama 7 hari di rusunawa kampus. Di acara itu, aku
mendapatkan banyak pencerahan, banyak nasehat, dan kesadaran. Banyak
ditayangkan video – video tentang kematian, alam kubur, dan kasih sayang
seorang ibu. Melihat video – video tersebut, seakan diingatkan, bahwa dunia ini
fana, kita pasti akan kembali pada Sang Pemilik Tubuh ini. Selesai acara
tersebut, roh – roh jahiliyah dalam diri ini menginginkan adanya perubahan.
Hingga pada suatu waktu, aku merasakan
bahwa jatuh cinta pada manusia itu begitu menyakitkan. Kenapa jatuh cinta itu
begitu sakitnya? Apalagi jika melihat orang yang kita suka itu sedang bersama
wanita lain. Apalagi, cinta kita terpaut jarak dan usia. Ahh, begitu sakitnya.
Hingga sampai pada suatu titik, bertanya dalam hati, bagaimana sih cinta itu
bila menurut islam? Apa ada solusi dari islam untuk masalah percintaanku ini? Apa
ada cara agar hati tidak terlalu sakit bila melihat kekasih pergi dengan
perempuan lain?. Dari pertanyaan – pertanyaan itu kuputuskan untuk pergi ke
perpustakaan masjid kampus. Kucari buku- buku tentang cinta dalam islam. Begitu
kubuka, kubaca, kucermati. Dalam buku yang kubaca itu, kubuat kesimpulan bahwa
tak ada rasa sakit seperti yang kualami jika kita bisa mengontrolnya, dan mulai
menyerahkan semua itu pada ketentuan Allah. Tentu sudah tak asing mendengar,
jika jodoh itu di tangan Tuhan, lalu mengapa kita mengejar seseorang untuk
menjadi milik kita padahal bukan dia yang ditakdirkan Allah menjadi pendamping
hidup kita. Disitulah mulai kupelajari tentang islam, kucari buku tentang
islam, mengikuti tausiyah – tausiyah postingan facebook seorang yang taat
agamanya. Begitu indah kurasa saat kukenal islam itu. Begitu sempurna. Begitu
menampar nampar diri ini yang ternyata banyak dosa – dosa yang sadar atau tidak
kulakukan, menggunakan fasilitas nikmatNya.
Dalam masa pengenalan islam itu
sebenarnya hati belum mantap menggunakan jilbab seutuhnya, masih ada saat saat
aku tak gunakan penutup auratku tersebut. Aku hanya berjilbab jika hanya ke
kampus saja, selain itu jarang. Sampai pada suatu malam, aku bermimpi hal yang
menakutkan mungkin bisa dibilang. Entah apa yang aku rasakan saat itu, apakah
itu dinamakan hidayah atau apa. Aku bermimpi menyaksikan ayahku mengalami
sakaratul maut seperti yang dilihatkan pada video saat aku P2KK. Begitu
terkejutnya aku di mimpi itu, aku mencoba menuntun ayahku membacakan kalimat
syahadat. Dan aku pun terbangun dari mimpiku. Masih terbayang dengan mimpi yang
barusan kualami, hatiku tak tenang. Saat itu tengah malam, aku berpikir ini
waktu untuk shalat tahajud. Kumulai mengambil air wudlu. Setelah itu, kumulai
shalat tahajud di sepertiga malamNya. Saat hendak kumulai, emosi yang kutahan
akhirnya tumpah, aku menangis sembari membacakan ayat ayat dalam shalatku.
Membayangkan bila kejadian mimpi itu terjadi dalam nyata. Ayat ayat yang
kubacakan kala itu semakin membuatku merasa kecil, dan lemah. Kubayangkan
kebesaran Tuhan yang tidak akan menunda ajal seseorang ketika sudah tiba
masanya. Setiap doa yang kubaca seakan menambah bayangan aku tentang kematian
itu.
Setelah itu, aku pun mulai berjanji
pada diri sendiri untuk selalu mengenakan jilbab. Janji itupun juga sudah
kuungkapkan pada Sang Pembolak balik isi hati pada malam penuh hikmah itu. Tapi
tak kunjung terealisasi karena takut mendengar apa kata orang. Tapi, mulai
dengan keyakinan kuat akan selalu berhijab ketika ku bepergian. Sejak saat
itulah langkah kecil ku menuju perubahan kumulai. Keinginan hati pula
menuntunku mendaftar dalam organisasi islami. Begitu senangnya hati bertemu dengan
muslim dan muslimah perindu surga disana. Masalah hidup menjadi tercerahkan
ketika Islam ada di hatiku.
Dari kukenakannya hijab ini,
kumulai mencoba mendalami agama yang telah melekat pada diri ini sejak roh
ditiupkan di dalam rahim ibuku. Begitu indah kukenang saat saat Allah memberikan
petunjuk meniti jalanNya. Semoga tulisan ini dapat selalu mengingatkan diri
untuk tetap istiqomah dan menyadarkan bahwa memang hidayah iman itu mahal
harganya. Beruntunglah orang- orang yang dipilih Allah untuk mengenal agamaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar