Me

Me
Flower Attack

Selasa, 14 Agustus 2012

Tersadar


Hidayah itu dimulai saat menentukan bahwa memilih Universitas Muhammadiyah Malang sebagai tempat ku menimba ilmu selepas SMA. Setelah penantian pengumuman SNMPTN, yang jika dipikir lihat bentuk soalnya seperti itu, seorang aku memang pantas tak lolos. Lalu ayahku menyerahkan padaku, universitas swasta mana yang kupiih setelah SNMPTN tak berhasil kuraih. Dan akupun memilih Universitas Muhammadiyah Malang sebagai kampusku. Selain karena kualitas, juga aku melihat dari faktor pujaan aku yang pernah bersekolah disana. Hari masa pendaftaran, sempat dibuat bimbang antara mengenakan jilbab atau tidak. Saat itu berpikir, berjilbab itu bagus, tapi aku tak biasa berjilbab bila bepergian keluar rumah sebenarnya. Kutulis kegundahanku itu di catatan facebook. Lalu ada respon dari pujaan hati saat itu. Namanya orang jatuh cinta, ingin menjadi yang terbaik di mata dia. Kulihat, sosok pujaanku itu seorang yang mengerti agama. Melihat itu, aku pun memutuskan untuk berjilbab karena ingin menjadi seorang yang dia suka. Hari demi hari kulewati dengan status baruku, seorang mahasiswa. Lalu tibalah saat kegiatan wajib mahasiswa baru universitas muhammadiyah malang yang harus kulalui, yaitu pengembangan kepribadian dan kepemimpinan, yang mengharuskan kami membina iman dan taqwa selama 7 hari di rusunawa kampus. Di acara itu, aku mendapatkan banyak pencerahan, banyak nasehat, dan kesadaran. Banyak ditayangkan video – video tentang kematian, alam kubur, dan kasih sayang seorang ibu. Melihat video – video tersebut, seakan diingatkan, bahwa dunia ini fana, kita pasti akan kembali pada Sang Pemilik Tubuh ini. Selesai acara tersebut, roh – roh jahiliyah dalam diri ini menginginkan adanya perubahan.

 
Hingga pada suatu waktu, aku merasakan bahwa jatuh cinta pada manusia itu begitu menyakitkan. Kenapa jatuh cinta itu begitu sakitnya? Apalagi jika melihat orang yang kita suka itu sedang bersama wanita lain. Apalagi, cinta kita terpaut jarak dan usia. Ahh, begitu sakitnya. Hingga sampai pada suatu titik, bertanya dalam hati, bagaimana sih cinta itu bila menurut islam? Apa ada solusi dari islam untuk masalah percintaanku ini? Apa ada cara agar hati tidak terlalu sakit bila melihat kekasih pergi dengan perempuan lain?. Dari pertanyaan – pertanyaan itu kuputuskan untuk pergi ke perpustakaan masjid kampus. Kucari buku- buku tentang cinta dalam islam. Begitu kubuka, kubaca, kucermati. Dalam buku yang kubaca itu, kubuat kesimpulan bahwa tak ada rasa sakit seperti yang kualami jika kita bisa mengontrolnya, dan mulai menyerahkan semua itu pada ketentuan Allah. Tentu sudah tak asing mendengar, jika jodoh itu di tangan Tuhan, lalu mengapa kita mengejar seseorang untuk menjadi milik kita padahal bukan dia yang ditakdirkan Allah menjadi pendamping hidup kita. Disitulah mulai kupelajari tentang islam, kucari buku tentang islam, mengikuti tausiyah – tausiyah postingan facebook seorang yang taat agamanya. Begitu indah kurasa saat kukenal islam itu. Begitu sempurna. Begitu menampar nampar diri ini yang ternyata banyak dosa – dosa yang sadar atau tidak kulakukan, menggunakan fasilitas nikmatNya.
Dalam masa pengenalan islam itu sebenarnya hati belum mantap menggunakan jilbab seutuhnya, masih ada saat saat aku tak gunakan penutup auratku tersebut. Aku hanya berjilbab jika hanya ke kampus saja, selain itu jarang. Sampai pada suatu malam, aku bermimpi hal yang menakutkan mungkin bisa dibilang. Entah apa yang aku rasakan saat itu, apakah itu dinamakan hidayah atau apa. Aku bermimpi menyaksikan ayahku mengalami sakaratul maut seperti yang dilihatkan pada video saat aku P2KK. Begitu terkejutnya aku di mimpi itu, aku mencoba menuntun ayahku membacakan kalimat syahadat. Dan aku pun terbangun dari mimpiku. Masih terbayang dengan mimpi yang barusan kualami, hatiku tak tenang. Saat itu tengah malam, aku berpikir ini waktu untuk shalat tahajud. Kumulai mengambil air wudlu. Setelah itu, kumulai shalat tahajud di sepertiga malamNya. Saat hendak kumulai, emosi yang kutahan akhirnya tumpah, aku menangis sembari membacakan ayat ayat dalam shalatku. Membayangkan bila kejadian mimpi itu terjadi dalam nyata. Ayat ayat yang kubacakan kala itu semakin membuatku merasa kecil, dan lemah. Kubayangkan kebesaran Tuhan yang tidak akan menunda ajal seseorang ketika sudah tiba masanya. Setiap doa yang kubaca seakan menambah bayangan aku tentang kematian itu.
Setelah itu, aku pun mulai berjanji pada diri sendiri untuk selalu mengenakan jilbab. Janji itupun juga sudah kuungkapkan pada Sang Pembolak balik isi hati pada malam penuh hikmah itu. Tapi tak kunjung terealisasi karena takut mendengar apa kata orang. Tapi, mulai dengan keyakinan kuat akan selalu berhijab ketika ku bepergian. Sejak saat itulah langkah kecil ku menuju perubahan kumulai. Keinginan hati pula menuntunku mendaftar dalam organisasi islami. Begitu senangnya hati bertemu dengan muslim dan muslimah perindu surga disana. Masalah hidup menjadi tercerahkan ketika Islam ada di hatiku.
Dari kukenakannya hijab ini, kumulai mencoba mendalami agama yang telah melekat pada diri ini sejak roh ditiupkan di dalam rahim ibuku. Begitu indah kukenang saat saat Allah memberikan petunjuk meniti jalanNya. Semoga tulisan ini dapat selalu mengingatkan diri untuk tetap istiqomah dan menyadarkan bahwa memang hidayah iman itu mahal harganya. Beruntunglah orang- orang yang dipilih Allah untuk mengenal agamaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar